Taruman









Menurut cerita Desa Taruman didirikan oleh Nyi Arum dan Mbah Sangkling. Mereka adalah sepasang suami istri. Nyi Arum ketika melakukan pengembaraan melewati sebuah tempat dimana ketika dia lewat bunga yang dibawanya jatuh sehingga baunya tercium kemana-mana. Sehingga dari itu deberinya nama daerah Taruman. Hingga sekarang makam Nyi Arum dan Mbah Sangkling masih terawat dengan baik dan juga masih dikeramatkan oleh warga Desa Taruman.

Taruman secara Administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Kendal, tepatkan di Kendal bagian selatan. berikut adalah daerah yang bebatasan langsung dengan Taruman:
-Sebelah Utara : Hutan Jati
-Sebelah Barat : Kali Bodri, Desa Gemuh singkalan
-Sebelah Timur : Desa Dadapan
-Sebelah selatan : Kali Bodri, Desa Rembes.
Secara geografis Taruman terletak dalam sebuah cekungan atau lembah yang dialiri Kali Bodri yang tidak pernah kering walau musim hujan sekalipun.

Masyarakat Taruman umumnya mengandalkan sector pertanian sebagai mata pencaharian yang utama. Wilayah Taruman yang berada di tepi Kali Bodri dan di lembah menjadikan Taruman cukup subur untuk pertanian, Terutama untuk pertanian Bawang merah yang memeng cocok di tanam didaerah dataran rendah. Selain bawang merah komoditas yang paling utama dari Desa Taruman adalah Padi dan jagung. Tak mengherankan memang jika Taruman dijuluki sebagai sentra jagung dikawasan Kendal bagian selatan. Selain bertani ada juga mata pencaharian lain, misalnya Menjadi PNS, wiraswasta, ataupun mata pencaharian lainnya.

Warga Taruman memiliki sebuah rumah yang sangat unik yang keseluruhan bahan dasarnya terbuat dari kayu. Rumah tersebut sangat mirip dengan rumah adapt jawa tengah yaitu Joglo, perbedaannya hanya terletak pada atapnya yang lebih panjang dari pada rumah joglo. Rumah ini sangat kokoh terhadap gempa serta memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Karena semua bahannya terbuat dari kayu terutama kayu jati menjadikan rumah ini banyak diminati dan harga penjualan rumah jadi sangat mahal.

Seni tari Tradisional “RAMPEK”




Merupakan sebuah seni yang memadukan musik dengan gerakan tari. Rampek dimainkan sebagai perwujud rasa syukur terhadap Tuhan YME atas hasil panen yang melimpah,terutama pada syair “Ani-ani” yang merupakan penggambaran dari rasa bahagia para Petani atas hasil panen yang melimpah. Selain itu Rampek juga dijadikan sebagai sarana untuk menghibur diri setelah lama bekerja atau dari tanam sampai panen.
Dimasyarakat sendiri Rampek dikenal dengan nama “Lengguk”, dikarenaka para penari Rampek banyak melakukan gerakan yang mengangguk-anggukkan kepala. Rampek merupakan perpaduan antara gerak tari atau yang disebut Rodat dan syair nyanyian yang biasanya disebut jawaban atau dalam bahasa jawa disebut dengan “njawapi/syair” yang biasanya dilakukan berganti-gantian dan saling bersahut-sahutan. Sayangnya kesenian ini hamper punah karena tidak ada generasi muda yang mau meneruskan kiprah dari seni ini. Selain itu minat masyarakat untuk menonton atau memenggil group seni Rampek untuk mengisi beberapa acara mereka sangat sedikit sekali. Penulis baru pertama kali melihat seni yang unik ini pada waktu Festival Seni seKabupaten Kendal yang diadakan di Lapangan Bebengan pada tanggal 24 Oktober 2009. pada waktu itu yang tampil adalah group Rampek dari Kecamatan kaliwungu selatan, berikut adalah profil lengkapnya:

Nama Kelompok Seni : Rampek Sinar harapan Jaya Muda
Ketua : Bapak Ngasum
Sekretaris : Ngadi
Alamat : Dukuh Loning, Desa Mageung, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal
Pemain : 30 orang, terdiri dari:
-20 Orangg penari
-10 orang pemain musik atau panjak
Generasi terakhir : Tahun 1969 M
Silsilah penerus : Mbah Kamdani-mbah Ngadi-mbah Sumari

Sayangnya dalam pertunjukan dilapangan bebengan tersebut group seni ini hanya menampilkan 10 penari dan hanya membawakan 6 lagu denagan rincian sebagai berikut:
a. Pembukaan : Ya Allah
b. Inti sajian : Rame-rame
Pakacamada
Ani-ani
Mantrus jalan
c. Penutup : Burung pipit